8 Kesalahan Orangtua yang Bisa Membahayakan Bayi

 

Fotosearch



Melihat anak mulai belajar berjalan, ngomong dan makan, rasanya tak sabar menunggu ia tumbuh besar. Dan demi mempercepat tahapan tumbuh kembangnya, Bunda melakukan beberapa hal ini, yang alih-alih bermanfaat, justru berisiko bagi anak Anda.
 
#1 Mendudukkan bayi sebelum waktunya
Risiko:
Mendudukkan bayi saat belum kuat melakukannya sendiri dapat menyebabkan bayi  tak bangkit dari posisi tidur dan duduk secara alami. Selain melewatkan tahapan penting belajar duduk, bayi juga berisiko lebih lama menguasai perkembangan penting lain, seperti merangkak, merayap, dan berjalan.
Lakukan:
  • Perbanyak floor time yang akan melatih otot-otot penyangga tubuh dan kepala bayi, membuat ia menguasai cara berbalik badan dan berguling, serta mengasah kemampuan koordinasi tubuhnya sehingga siap duduk dan berdiri sendiri.
  • Pancing dengan posisi tertentu agar bayi segera belajar duduk. Caranya, saat duduk di stroller atau car seat, posisikan semi berbaring dengan sudut kemiringan 45 derajat. Lalu, ajak bayi berkomunikasi. Posisi miring akan menghindarkan sendi pinggul bayi mengalami over-stimulasi.
 
#2 Mengajari jalan, padahal bayi belum siap
Risiko:
Mengajari bayi berjalan dengan alat bantu padahal ia belum bisa, dapat memperlambat kemampuan berjalan dan keseimbangannya. Saat bayi belajar jalan dengan alat bantu, otot-otot kakinya belum benar-benar kuat sehingga cenderung berjinjit. Ini bukan pola ideal untuk belajar berjalan, dan berisiko jatuh hingga menyebabkan cedera serius. Selain itu, kelainan pola berjalan yang terbentuk akan sulit dikoreksi kelak kemudian hari.
Lakukan:
Saat bayi mulai mampu mengangkat diri dan berdiri, sediakan perabot penyangga atau benda-benda yang membantu ia berpegangan dan berjalan. Setelah beberapa minggu, ia akan mulai merambat sembari berpegangan pada perabot. Lama-kelamaan, ia akan mampu berjalan tanpa berpegangan.
 
#3 Meletakkan bayi di kasur saat belajar berjalan
Risiko:
Permukaan jalan yang empuk dapat mengubah pola gerakan jalan bayi Anda. Saat telapak kaki bayi tak bisa menemukan ‘cengkeraman’, tubuh dan kakinya menyesuaikan, sehingga pola berjalan pun tak normal.
Lakukan:
Jika takut bayi Anda jatuh dan cedera, gunakan play mat anti-slip yang biasa digunakan sebagai alas lantai saat bermain. Jika kaki bayi Anda tetap sulit menapak stabil karena terlalu empuk, ganti dengan alas yang lebih tipis. Dan ingat, bayi sebaiknya belajar berjalan dengan kaki telanjang daripada menggunakan sepatu atau alas kaki lain.
 
#4 Membantu bayi berguling
Risiko: Membantu si kecil berguling bisa berisiko cedera, terutama jika bayi terjatuh di posisi tak tepat. Selain itu, bayi menjadi kurang berani mencoba berguling sendiri.
Lakukan:
  • Bayi tak kunjung berguling, bisa jadi karena kurang stimulasi. Sebaiknya stimulasi dengan berbagai cara. Misalnya, saat bayi mulai mengangkat dan memiringkan badan,pancing dengan memberi mainan di sisinya sehingga ia tertarik berguling.
  • Bisa juga, Bunda berbaring di sisi agak jauh dari bayi sehingga ia tertarik berguling untuk mencapainya. Atau, sering stimulasi bayi tengkurap agar mau mengangkat badan dengan kedua tangannya. Menurut tim pakar perkembangan anak di www.babycenter.com, latihan mini-push up dapat menguatkan otot lengan, perut dan tangan bayi untuk persiapan berguling.   
 
#5 Melewatkan tahap merangkak
Risiko:
Jika bayi tak melewati fase merangkak, otot-otot tangannya kurang kuat. Ia menjadi kurang mampu melakukan beberapa aktivitas, seperti bangkit sendiri dari lantai, main monkey bar, makan sendiri, juga mengancingkan baju sendiri. Bayi tak merangkak juga berisiko mengalami gangguan kemampuan membaca dan menulis. Salah satunya, kelak ia akan memiliki tulisan tangan yang berantakan.
Lakukan:
Bayi tak merangkak, biasanya karena tak mendapat kesempatan untuk melakukannya. Mengoreksinya, lakukan tummy time dengan cara; baringkan si kecil di matras dan beri bola agar ia mau berguling dan mengejarnya. Jika perlu, Bunda berada di sisinya untuk memberi contoh merangkak.
 
#6 Terlalu cepat diberikan makanan padat
Risiko:
Memberi makanan padat terlalu dini, menurut Kelley Scanlon, ahli epidemiologi, Divisi Nutrisi, Obesitas dan Aktivitas Fisik, CDC (Centers for Disease Control and Prevention), AS, berisiko mencetuskan obesitas, penyakit kronis seliak, dan diabetes. Selain itu, perut bayi yang kenyang karena terisi makanan padat akan mengurangi hasratnya menyusu ASI sehingga kehilangan kesempatan mendapat nutrisi terbaik.
Lakukan:
Tetap ikuti aturan memberi makanan padat kepada bayi, yakni setelah berusia 6 bulan.
 
#7 Mengajak main ke mal terlalu dini
Risiko:
Saat bayi masih di bawah 6 minggu, jangan membawa ia ke tempat ramai, seperti mal, sekolah maupun tempat ibadah. Di usia ini, bayi sedang mengembangkan sistem imunnya, dan belum siap terpapar kuman,”ungkap Dr. Lori Storch-Smith, dokter anak dari Westport, Connecticut, AS. Kuman meningitis dan influenza sangat berisiko menginfeksi di tempat ramai.
Lakukan
Bunda bisa mengajak bayi ke area publik setelah ia berusia di atas 8 minggu. 
 
#8  Mengarkan bahasa asing sejak bayi
Risiko:  
Jangan memaksakan diri mengajarkan bahasa asing yang tak biasa digunakan. Ini akan semakin menyulitkan si kecil ketika mulai menerapkannya untuk berkomunikasi. Dan, jangan memaksakan anak berbicara bahasa asing saat mulai bisa berkata-kata. Beberapa anak perlu waktu 5 hingga 7 tahun untuk menguasai bahasa asing secara akademis. Saat bayi, mengajak ia berbahasa asing hanya untuk mengenalkan kosa kata saja.
Lakukan:  
Gunakan bahasa yang paling nyaman untuk berbicara dan berinteraksi kepada bayi. Menurut Rachel Cortese, MS, CCC-SLP, speech-language therapist dari Learning and Development Center, Child Mind Institute, AS, ketika Bunda berkomunikasi dengan bahasa yang paling akrab, akan membantu ia memiliki kerangka linguistik (berbahasa) untuk mengungkapkan keinginannya secara jelas kelak kemudian hari. (LAD/MON)

 



Artikel Rekomendasi